Kebenaran Sudah Ada Sejak Manusia Pertama



#Psikologi1

Sejak manusia pertama hidup di dunia ini, kebenaran sudah ada. Kebenaran sendiri terbagi menjadi 4 bagian, yaitu :


Kebenaran Indrawi
Kebenaran yang di dapat manusia melalui kemampuan indera.

Kebenaran Ilmiah
Kebenaran yang diperoleh manusia dengan modal utamanya akal fikiran, yang denganya bisa dirasa, diamati, dan di buktikan.

Kebenaran Filosofi
Kebenaran yang diperoleh manusia dari hati nurani melalui reflek/ spontanitas.

Kebenaran Religius (Agama)
Kebenaran yang diperoleh manusia dari wahyu tuhan melalui para rasulnya yang kemudian diteruskan kepada umatnya masing- masing.

Manusia dan Namanya


Para alim (Ulama') sepakat bahwasanya manusia memiliki nama, yang terdiri dari:

Al - Insan : sebagai gambaran dan sebutan bahwa manusia makhluk berpotensi.
An - Nassu : sebagai gambaran dan sebutan bahwa manusia sebagai makhluk sosial.
Al - Bahsyar : sebagai gambaran dan sebutan bahwa manusia sebagai makhluk biologis yang akan mempunyai keturunan
Bani Adam : sebagai gambaran dan sebutan bahwa manusia secara universal bernenek moyang yang sama.

Aliran - Aliran Pendidikan




Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-alira itu yang harus dipahami.

Oleh karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan. Aliran - aliran pendidikan terbagi menjadi 2, yaitu aliran klasik dan gerakan baru.

Aliran klasik 


Aliran klasik sendiri terdapat 4 macam bagian, yaitu empirisme, natifisme, naturalisme, dan konvergensi.

Aliran Empirisme

Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph, 2006).
Jadi segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.
John Locke (dalam Joseph: 2006) tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk perkembangan jiwa anak didik adalah lingkungan melalui pintu gerbang inderanya yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses penginderaan.

Aliran Nativisme

Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika pembawaanyan baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang diinginkan dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat, yakni lingkungan yang alami.

Aliran Naturalisme

Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungna yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak kea rah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang dimaksud terakhir ini betrpengaruh positif terhadap perkembangan anak.

Aliran Konvergensi

Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting, keduanya tidak dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini juga mengakui bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembaeaan baik dan pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut.
William Stern (dalam Tim Dosen 2006: 79) mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung dari pembawaan dari lingkugan yang keduanya merupakan sebagaiman dua garis yang bertemu atau menuju pada satu titik yang disebut konvergensi.
Dari beberapa uraian diatas, teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan adalah teori konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungann atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.


Sekilas Tentang Prodi PGMI




Sejarah PGMI di Indonesia


Pada zaman penjajahan Belanda Madrasah didirikan untuk semua warga. Madrasah pertama kali berdiri di Sumatra. Madrasah berkembang di Jawa mulai 1912. Latar Belakang Berdirinya Madrasah Madrasah di Indonesia muncul pada abad 20. Ada 2 faktor munculnya Madrasah, yakni: pertama. Semangat pembaharuan Islam yang berasal dari timur Tengah kedua. Kebijakaan Pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah. Masa  Orde Lama ditandai dengan berdirinya Madrasah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Pada  masa Orde Baru Tahun 1967 muncul Madrasah Negeri sampai dengan tahun 1970 dan dibuka kembali pada tahun 2000. Jika akan mengetahui sejarah Pendidikan Guru MI di Indonesia, maka ada tiga periode sejarah yang dilewatinya.

Periode Pertama, periode awal berdiri tahun 1969 sampai tahun 1990, Fakultas Tarbiyah yang ada di IAIN di Indonesia cenderung lebih terfokus menyiapkan  guru agama Islam di madrasah dan sekolah. Jenjang pendidikan yang ditempuh adalah Sarjana Muda dan Strata satu (S.1) Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Bahasa Arab saja. PGMI, belum menjadi pilihan sasaran program di masa itu.

Periode kedua merupakan akar kelahiran PGMI yang berawal ketika pada tahun 1990 mulai dibuka program Diploma II program penyiapan guru kelas untuk Madrasah Ibtidaiyah dan Program guru agama Islam untuk SD/MI. Kelahiran jenjang pendidikan diploma dua (D II) tersebut dimaksudkan sebagai jawaban atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Periode ketiga dimulai ketika tahun 2005 yang secara yuridis adalah masa peralihan dari benih yang telah disemai sejak bulan Juli tahun 2003, yaitu  dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kehadiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan memberi sinyal kuat bagi semua Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk merubah sistem. Sinyal tersebut semakin kuat di penghujung tahun 2005 dengan kelahiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tentang Guru dan Dosen. Hal penting Undang-undang ini adalah  adanya keharusan semua guru adalah lulusan Strata 1. Imbasnya adalah adanya keputusan pemerintah untuk menghentikan pengadaan program Diploma II. Dengan berbagai upaya mau tidak mau para Senator di LPTK Kementerian Agama untuk mengajukan proposal pembukaan prodi PGMI jenjang S1.